watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

NIKMATNYA MEMEK SINDY

namaku Ryan, umur saat ini 22 tahun, tercatat
sebagai mahasiswa sebuah PTS di Bandung.

Pengalaman nyata cerita dewasa sex yang akan
kuceritakan ini terjadi tiga tahun yang lalu. Sudah
lama memang, tapi aku selalu teringat-ingat
pengalaman seks tersebut dan tak akan pernah
aku melupakan satu nama seorang mahasiswi
bernama Cindy. Walau hingga sekarang pun akan
selalu kukenang saat-saat indah bersamanya.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita
ngentot

Pertemanan akrabku dengan Cindy karena ia
adalah cucu dari ibu kostku. Cindy lebih tua 2
tahun dan dia anak Surabaya, sedang kuliah di
Bandung hanya beda kampus denganku. Yang
aku tahu, kedua orangtuanya sudah pisah
ranjang selama dua tahun (tapi tidak bercerai) dan
Cindy ikut tinggal bersama neneknya (ibu kostku)
ketika ia masuk kuliah. Mungkin terlalu panjang
kalo kuceritakan bagaimana prosesnya hingga
kami berpacaran. Aku beruntung punya cewek
seperti dia yang wajahnya sangat cantik (pernah
dia ditawarin untuk menjadi model), segala yang
diidamkan pria melekat pada dia. Kulitnya yang
putih, hidung bangir, matanya yang indah dan
bening, rambut ikal serta tubuhnya yang sexy
padat.. Aku juga nggak tahu kenapa ibu kost
menerimaku untuk nge-kost dirumahnya padahal
yang kost di rumahnya adalah cewek semua.
Mungkin karena ngeliat tampangku seperti orang
baik-baik kali ya (hehehe)…

cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita
ngentot

Pada awal kami berpacaran, Cindy termasuk pelit
untuk urusan mesra-mesraan. Jangankan untuk
berciuman, minta pegang tangannya saja
susahnya minta ampun, ga terbayang deh untuk
bisa ngentot dia hehehe… ! Padahal aku termasuk
orang yang hypersex, dan aku sering kali
melakukan onani untuk melampiaskan nafsu
seksku, hingga sekarang. Aku bisa melakukan
onani sampai tiga kali sehari. Setiap kali fantasi
dan gairah seksku datang, pasti kulakukan
kebiasaan jelekku itu. Entah dikamar mandi
menggunakan sabun, sambil nonton VCD porno
dan seringnya sambil tiduran telungkup di atas
kasur sambil kugesek-gesekkan penisku. Aku
merasakan nikmat setiap orgasme onani. Back to
story, sejak aku dan Cindy resmi jadian, baru dua
minggu kemudian dia mau kucium pipinya. Itu
pun setelah melalui perdebatan yang panjang,
akhirnya ia mau juga kucium pipinya yang mulus
itu, dan aku selalu ingin merasakan dan
mengecup lagi sejak saat itu.

Hingga pada suatu malam, ketika waktu
menunjukkan pukul setengah sepuluh, aku, Cindy
dan Desi (anak kost yang lain) masih asyik
menonton TV di ruang tengah. Sementara ibu
kostku serta 3 anak kost yang lain sudah pergi
tidur. Kami bertiga duduk diatas permadani yang
terhampar di ruang tengah. Desi duduk di depan
sementara aku dan Cindy duduk agak jauh
dibelakangnya. Lampu neon yang menyinari
ruangan selalu kami matikan kalau sedang
menonton TV. Biar tidak silau kena mata
maksudnya. Atau mungkin juga demi
menghemat listrik. Yang jelas, cahaya dari TV
agak begitu samar dan remang-remang. Desi
masih asyik menonton dan Cindy yang
disampingku saat itu hanya mengenakan kaos
ketat dan rok mini matanya masih konsen
menonton film tersebut. Sesekali saat pandangan
Desi tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng
memeluk pinggang Cindy. Entah Cindy terlalu
memperhatikan film hingga tangannya tidak
menepis saat tanganku memeluk tubuhnya yang
padat. Dia malah memegang rambutku, dan
membiarkan kepalaku bersandar di pundaknya.
Terkadang kalo pas iklan, Cindy pura-pura
menepiskan tanganku agar perbuatanku tidak
dilihat Desi. Dan saat film diputar lagi,
kulingkarkan tanganku kembali.

“I love you, honey….” Bisikku di telinganya.
Cindy menoleh ke arahku dan tanpa
sepengetahuan Desi, ia mendaratkan ciumannya
ke pipiku. Oh my God, baru pertama kali aku
dicium seorang cewek, tanpa aku minta pula.
Situasi seperti ini tiba-tiba membuat pikiranku jadi
ngeres apalagi saat Cindy meremas tanganku
yang saat itu masih melingkar di pinggangnya,
dan matanya yang sayu sekilas menoleh ke arah
Desi yang masih nongkrong di depan TV. Aman,
pikirku.Apalagi ditambah ruangan yang hanya
mengandalkan dari cahaya Tv, maka sesekali
tanganku meremas payudara Cindy. Cindy
menggelinjang, sesekali menahan nafas. Lutut
kanannya ditekuk, hingga saat tangan kiriku
masuk ke dalam daster bagian bawah yang agak
terbuka dari tadi, sama sekali tidak diketahui Desi.
Mungkin ia konsen dengan film, atau mungkin
juga ia sudah ngantuk karena kulihat dari tadi
sesekali ia mengangguk seperti orang ketiduran.
Ciumanku kini sedikit menggelora, menelusuri
leher Cindy yang putih mulus sementara tangan
kiriku menggesek-gesekkan perlahan vagina
Cindy yang masih terbungkus celana dalam. Ia
mendesah dan mukanya mendongak ke atas saat
kurasakan celana dalamnya mulai basah dan
hangat. Mungkin ia merasakan kenikmatan,
pikirku.Tanganku yang mulai basah oleh cairan
vagina Cindy buru-buru kutarik dari dalam
roknya, ketika tiba-tiba Desi bangkit dan melihat
ke arah kami berdua. Kami bersikap seolah
sedang konsen nonton juga.

“Aku ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-
nya!” ujar Desi sambil menyerahkan remote TV
pada Cindy.

Desi kemudian masuk ke kamarnya dan
mengunci pintu dari dalam. Aku yang tadi agak
gugup, bersorak girang ketika Desi hanya
pamitan mau tidur. Aku pikir dia setidaknya
mengetahui perbuatanku dengan Cindy. Bisa mati
aku. Cindy yang sejak tadi diam (mungkin karena
gugup juga) matanya kini tertuju pada TV. Aku
tahu dia juga pura-pura nonton, maka saat
tubuhnya kupeluk dan bibirnya kucium dia malah
membalas ciumanku.

“Kita jangan disini Say, nanti ketahuan….” Bisiknya
diantara ciuman yang menggelora.

Segera kubimbing tangan Cindy bangkit, setelah
mematikan TV dan mengunci kamar Cindy,

kuajak dia ke kamar sebelah yang kosong. Disini
tempatnya aman karena setiap yang akan masuk
ke kamar ini harus lewat pintu belakang atau
depan. Jalan kami berjingkat supaya orang lain
yang telah tertidur tidak mendengar langkah-
langkah kami atau ketika kami membuka dan
menutup kunci dan pintu kamar tengah dengan
perlahan.

Setelah kukunci dari dalam dan kunyalakan lampu
kamar kuhampiri Cindy yang telah duduk di tepi
ranjang.

“Aku cinta kamu, Cindy…..” ujarku ketika aku telah
duduk disampingnya.

Mata Cindy menatapku lekat.. Sejenak kulumat
bibirnya perlahan dan Cindy pun membalas
membuat lidah kami saling beradu. Nafas kami
kembali makin memburu menahan rangsangan
yang kian menggelora. Desahan bibirnya yang
tipis makin mengundang birahi dan nafsuku.
Kuturunkan ciumanku ke lehernya dan tangannya
menarik rambutku. Nafasnya mendesah. Aku
tahu dia sudah terangsang, lalu kulepaskan
kaosnya

. Payudaranya yang padat berisi ditutupi
BH berwarna merah tua. Betapa putih kulitnya,
mulus tak ada cacat. Kemudian bibir kami pun
berciuman kembali sementara tanganku sibuk
melepaskan tali pengikat BH, dan sesaat kemudian
kedua payudaranya yang telah mengeras itu kini
tanpa ditutupi kain sehelai pun.
Kuusap kedua putingnya, dan Cindy pun
tersenyum manja.

“Ayo Yan, lakukanlah….” Ujarnya.
Tak kusia-siakan kesempatan ini, dan mulai kujilati
payudaranya bergantian. Sementara tangan
Cindy membantu tanganku melepaskan kemeja
yang masih kukenakan. Kukecup putingnya
hingga dadanya basah mengkilap. Betapa
beruntungnya aku bisa menikmati semua yang
ada ditubuhnya. Tangan kananku yang nakal
mulai merambah turun masuk ke dalam roknya,
dan kugesek-gesekkan pelan di bibir vaginanya.
Cindy menggelinjang menahan nikmat, sesekali
tangannya juga ikut digesek-gesekkan kesekitar
vaginanya sendiri.

Bibirnya mendesah menahan kenikmatan.
Matanya terpejam, Sebentar kemudian vaginanya
mulai sedit basah. Dan kami pun mulai
melepaskan celana kami masing-masing hingga
tubuh kami benar-benar polos. Betapa indahnya
tubuh Cindy, apalagi ketika kulihat vaginanya
yang terselip diantara kedua selangkangannya
yang putih mulus.

“Wah.. punyamu oke Cindy, Ok’s banget…”
ujarku terpana

Begitu mulus memang,ditambah dengan bulu-
bulu lebat disekitar bagian sensitifnya.

“Burungmu juga besar dan bertenaga. Aku suka
Yan….” Balasnya sambil tangannya mencubit
pelan kemaluanku yang sudah tegak dari tadi.
“Come on Honey….” Pintanya menggoda.

Aku tahu Cindy sudah begitu terangsang maka
kemudian kusuruh Cindy berbaring di atas kasur.
Dan aku baringkan tubuhku terbalik, kepalaku
berada di kakinya dan sebaliknya(posisi 69).
Kucium ujung kakinya pelan dan kemudian
ciumanku menuju hutan lebat yang ada diantara
kedua selangkangannya. Kukecup pelan bibir
vaginanya yang sudah basah, kujilat klitorisnya
sementara mulut Cindy sibuk mengocok-ngocok
kemaluanku. Bibir vaginanya yang merah itu
kulumat habis tak tersisa. Ehm, betapa nikmatnya
punyamu Cindy, pikirku. Ciumanku terus
menikmati klitoris Cindy, hingga sekitar vaginanya
makin basah oleh cairan yang keluar dari
vaginanya.

Kedua jari tanganku aku coba masukkan lubang
vaginanya dan kurasakan nafas Cindy mendesah
pelan ketika jariku kutekan keluar masuk.

“Ahh… nikmat Yannn…ahhhh…” erangnya.
Kugesek-gesekkan kedua jariku diantara bibir
klitorisnya dan Cindy makin menahan nikmat.
Selang 5 menit kemudian kuhentikan gesekkan
tanganku, dan kulihat Cindy sedikit kecewa ketika
aku menghentikan permainan jariku.
“Jangan sedih Say, aku masih punya permainan
yang menarik, okay?”

“Oke. Sekarang aku yang mengatur permainan
ya?” ujarnya.

Aku mengangguk.Jujur saja, aku lebih suka kalau
cewek yang agresif.Cindy pun bangkit, dan

sementara tubuhku masih terbaring di atas kasur.
“Aku di atas, kamu dibawah, okay? Tapi kamu
jangan nusuk dulu ya Say?”

Tanpa menunggu jawabanku tubuh Cindy
menindih tubuhku dan tangan kanannnya
membimbing penisku yang telah berdiri tegak
sejak tadi dan blessss…….ah,Cindy merasa
bahagia saat seluruh penisku menembus
vaginanya dan terus masuk dan masuk menuju
lubang kenikmatan yang paling dalam. Dia
mengoyang-goyangkan pantatnya dan sesekali
gerakannya memutar, bergerak mundur maju
membuat penisku yang tertanam bergerak bebas
menikmati ruang dalam “gua”-nya.
Cindy mendesah setiap kali pantatnya turun naik,
merasakan peraduan dua senjata yang telah
terbenam di dalam surga.Tanganku meremas
kedua payudara Cindy yang tadi terus
menggelayut manja. Rambutnya dibiarkan
tergerai diterpa angin dingin yang terselip diantara
kehangatan malam yang kami rasakan saat ini.
Kubiarkan Cindy terus menikmati permainan ini.
Saat dia asyik dengan permainannya kulingkarkan
tanganku dipinggangnya dan kuangkat badanku
yang terbaring sejak tadi kemudian lidah kami
pun beradu kembali.

“Andainya kita terus bersama seperti ini, betapa
bahagianya hidupku ini Cindy ” bisikku pelan
“Aku juga, dan ku berharap kita selalu bersama
selamanya..”

Sepuluh menit berlalu, kulihat gesekan pinggang
Cindy mulai lemah. Aku tahu kalau dia mulai
kecapekan dan aku yang mengambil inisiatif
serangan. Kutekan naik turun pinggangku,
sementara Cindy tetap bertahan diam. Dan suara
cep-clep-clep… setiap kali penisku keluar masuk
vaginanya.
“Ahh terusss Yannnnn….terusss…nikmattttt…
ahh…ahhhh….” hanya kalimat itu yang keluar dari
mulut Cindy, da
n aku pun makin menggencarkan
seranganku.
Ingin kulibas habis semua yang ada dalam
vaginanya. Suara ranjang berderit, menambah
hot permainan yang sedang kami lakukan. Kutarik
tubuh Cindy tanpa melepaskan penisku yang
sedang berlabuh dalam vaginanya dan kusuruh
dia berdiri agar kami melakukan gerakan sex
sambil berdiri.

“Kamu punya banyak style ya say?” katanya
menggoda.
“Iya dong, demi kepuasan kamu juga” jawabku
sambil mulai menggesek-gesekan pebisku
kembali.

“Ahh teruss…terusss……” desah Cindy ketika
penisku berulang kali menerobos vaginanya.
Kupeluk tubuh Cindy erat sementara jari tangan
kirinya membelai lembut bulu-bulu vaginanya,
dan sesekali membantu penisku masuk kembali
setiap kali terlepas. Keringat membasahi tubuh
kami. Lehernya yang mulus kucium pelan,
sementara nafas kami mulai berdegup kencang.
“Yan, keteteran nih, mau klimaks. Jangan curang
dong….”

“Oke, tahan dulu Cindy” dan kucabut batang
penisku yang telah basah sejak tadi.
Kusuruh Cindy nungging di ranjang, sementara
tanganku mengarahkan penisku yang telah siap
masuk kembali. Dan kumasukkan sedikit demi
sedikit hingga penisku ambles semua ke dalam
surga yang nikmat.

“Ah…tekan Yan…enaaaakkkkk…terusssss
Yannn….” Erangnya manja setiap kali penisku
menari-nari di dalam vaginanya.
Tanganku memegang pinggangnya agar
gerakanku teratur dan penisku tidak terlepas,.
“Ohh…nikmat sekali Yan….teruss….terusss……”
desahnya.

Betapa nikmatnya saat-saat seperti ini…dan terus
kuulang sementara mulut kami mendesah
merasakan kenikmatan yang teramat sangat
setiap kali penisku mempermaikan vaginanya.
“Yan….aku mo keluar nih…..udah ngga
tahan….ahhh….ahhhh….” ujar Cindy tiba-tiba.
“Tahan Cin, aku juga hampir sampai….” aku
menekan-nekan penisku kian cepat,sehingga
suara ranjang ikut berderit cepat.
Dan kurasakan otot-otot penisku mengejang
keras dan cairan spermaku berkumpul dalam
satu titik.

“Aku keluar sekarang Cin….” penisku kucabut dari
lubang vaginanya dan Cindypun seketika
membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya,
mengocok-ngocok batang penisku yang
kemerahan dan saat kurasakan aku tak mampu
menahan lagi kutaruh penisku diantara kedua
belah payudaranya dan kedua tangan Cindy pun
menggesek-gesekkan payudaranya yang
menjepit batang kemaluanku dan….croott…
crooottt… spermaku jatuh disekitar dada dan
lehernya Sebagian tumpah diatas sprei. Cindy
menjilati penisku membersihkan sisa-sisa
spermaku yang masih ada.

“Kamu ternyata kuat juga Say, aku hampir tak
berdaya dihadapanmu” kubelai rambut Cindy
yang sudak acak-acakan tak karuan.
“Aku juga ngga nyangka kamu sehebat ini
Yan….”desahnya manja .

Waktu sudah menunjukkan setengah satu malam
Dan setelah kami istirahat sekitar lima belas menit,
kami memakai pakaian kami kembali dan
membereskan tempat tidur yang sudah
berantakan.
Dan tak lama kemudian kami pun
pergi tidur dikamar masing-masing melepaskan
rasa lelah setelah kami ‘bermain” tadi.
Begitulah kisahku dengan Cindy, setiap hari kami
selalu melakukannya setiap kali kami ingin dan
ada kesempatan.
Kami melakukannya di kamar
sebelah kalau malam hari, kamar kostku, atau
bahkan dikamar mandi (sambi mandi bareng
disaat rumah kost kosong hanya ada kami
berdua).

Hingga pada suatu hari Cindy harus pindah ke
luar kota ikut kedua orang tuanya yang telah
berbaikan lagi. Aku benar-benar kehilangan dia,
dan ingin kuterus bersamanya. Pernah beberapa
kali kususul ke tempatnya yang baru dan kami
melakukannya berkali-kali di hotel tempat kami
menginap.

Tanggal 27 November 1998, tiba-tiba
kuterima surat dari Cindy yang mengabarkan
bahwa ia akan menikah dengan orang yang
dipilihkan orang tuanya dan aku benar-benar
kehilangan dia, aku sungguh sabgat mencintai
dia….. Sekarang, setiap kali aku melakukan
masturbasi, fantasiku selalu melayang mengingat
saat-saat terindah kami melakukan hubungan
seks pertama kali dikamar sebelah itu. Ingin
rasanya aku ulangi saat-saat indah itu…

TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/20671
U-ON

inc Powered by Xtgem.com